KEARIFAN LOKAL DALAM ERA GLOBALISASI

Pengertian Kearifan lokal

 suatu bentuk kearifan lingkungan yang ada dalam kehidupan bermasyarakat di suatu tempat atau daerah. Jadi merujuk pada lokalitas dan komunitas tertentu. Menurut Putu Oka Ngakan dalam Andi M. Akhmar dan Syarifudin (2007) kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif. Maka dari itu kearifan lokal tidaklah sama pada tempat dan waktu yang berbeda dan suku yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh tantangan alam dan kebutuhan hidupnya berbeda-beda, sehingga pengalamannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memunculkan berbagai sistem pengetahuan baik yang berhubungan dengan lingkungan maupun sosial. Sebagai salah satu bentuk perilaku manusia, kearifan lokal bukanlah suatu hal yang statis melainkan berubah sejalan dengan waktu, tergantung dari tatanan dan ikatan sosial budaya yang ada di masyarakat. Sementara itu Keraf (2002) menegaskan bahwa kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Semua bentuk kearifan lokal ini dihayati, dipraktekkan, diajarkan dan diwariskan dari generasi ke generasi sekaligus membentuk pola perilaku manusia terhadap sesama manusia, alam maupun gaib.

Selanjutnya Francis Wahono (2005) menjelaskan bahwa kearifan lokal adalah kepandaian dan strategi-strategi pengelolaan alam semesta dalam menjaga keseimbangan ekologis yang sudah berabad-abad teruji oleh berbagai bencana dan kendala serta keteledoran manusia. Kearifan lokal tidak hanya berhenti pada etika, tetapi sampai pada norma dan tindakan dan tingkah laku, sehingga kearifan lokal dapat menjadi seperti religi yang memedomani manusia dalam bersikap dan bertindak, baik dalam konteks kehidupan sehari-hari maupun menentukan peradaban manusia yang lebih jauh. Adanya gaya hidup yang konsumtif dapat mengikis norma-norma kearifan lokal di masyarakat. Untuk menghindari hal tersebut maka norma-norma yang sudah berlaku di suatu masyarakat yang sifatnya turun menurun dan berhubungan erat dengan kelestarian lingkungannya perlu dilestarikan yaitu kearifan lokal. Pengertian pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan mengacu pada UU RI No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup yang berbunyi Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.

Pengertian Globalisasi

Kata globalisasi sebenarnya merupakan serapan dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris globalization . Kata globalization sendiri sebenarnya berasal dari kata global yang berarti universal yang mendapat imbuhan -lization yang bias dimaknai sebagai proses. Jadi dari asal mula katanya, globalisasi bisa diartikan sebagai proses penyebaran unsur-unsur baru baik berupa informasi, pemikiran, gaya hidup maupun teknologi secara mendunia. Globalisasi diartikan sebagai suatu proses dimana bata- batas suatu negara menjadi semakin sempit karena kemudahan interaksi antara negara baik berupa pertukaran informasi, perdagangan, teknologi, gaya hidup dan bentuk- bentuk interaksi yang lain. Globalisasi juga bisa dimaknai sebagai proses dimana pengalaman kehidupan sehari-hari, ide-ide dan informasi menjadi standar di seluruh dunia. Proses tersebut diakibatkan oleh semakin canggihnya teknologi komunikasi dan transportasi serta kegiatan ekonomi yang merambah pasar dunia. Seperti dua mata koin yang berbeda, globalisasi menawarakan keuntungan yang sangat besar dalam kemajuan perekonomian suatu negara tapi disisi lain ada juga damapak negatif yang ditimbulkan seperti lunturnya budaya luhur karena seruban budaya baru dari luar.

Peranan Kearifan Lokal Di Era Globalisasi

Bangsa Indonesia siap tidak siap telah menyongsong era perdagangan bebas. Salah satu bentuk kerjasama perjanjian bebas yang dilakukan indonesia adalah bersama ASEAN. Ya kita telah sepakat menjadi sebuah entitas bersama regional ASEAN dengan ditandatanganinya kesepakatan Masyarakat Ekonomi Asean. MEA adalah sebuah konsekwensi logis adanya proses globalisasi. Globalisasi bukanlah kata yang asing bagi kita saat ini. Menurut Martin Albrown Globalisasi menyangkut seluruh proses dimana penduduk dunia terhubung ke dalam komunitas dunia tunggal, komunitas global. Manusia di Indonesia dapat terhubung dengan manusia lain di malaysia, amerika, inggris, dan negara lain tanpa ada batas jarak seperti dahulu. Globalisasi juga didukung oleh semakin majunya teknologi telekomunikasi. Globalisasi mendatangkan manfaat positif seperti semakin terbukanya akses informasi dari berbagai belahan dunia. Selain itu juga memudahkan komunikasi manusia. Selain dampak positif rupanya globalisasi juga membawa akibat buruk.

Akibat buruk Globalisasi meliputi

1. Informasi yang tak terkendali;

2. Timbulnya sikap yang kebarat-baratan;

3. Munculnya sikap individualisme;

4. Berkurang sikap solidaritas, gotong royong, kepedulian

dan kesetiakawanan; dan

5. Budaya bangsa akan terkikis.

Tentunya kita tidak menginginkan efek buruk globalisasi menerpa kita dan bangsa kita tercinta Indonesia. Bangsa kita akan kehilangan identitasnya sebagai bangsa yang berakhlak, bermoral, dan bermartabat di pergaulan internasional. Lalu bagaimanakah kita membendung atau setidaknya meminimalisir efek buruk globalisasi? Negara kita mempunyai warisan kekayaan budaya yang sangat banyak dan beragam. Indonesia yang terdiri dari beragam suku dan budaya pasti memiliki spirit kebaikan dalam budayanya. Lihat bagaimana orang yang masih memegang adat istiadat di kampung. Mereka bukan ingin ketinggalan jaman tetapi justru mereka ingin selamat dari terpaan globalisasi dengan memegang teguh nilai-nilai baik dalam budayanya. Budaya dalam masyarakat adalah nilai yang diwariskan secara turun temurun. Budaya yang ada saat ini adalah hasil pemikiran positif orang terdahulu sebelum kita. Budaya memiliki nilai luhur yang terwujud dalam aturan, laku, dan perbuatan. Eksistensi budaya dan keragaman nilai-nilai luhur kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan sarana dalam membangun karakter warga negara. Namun sudahkah nilai budaya kita membangun karakter bangsa kita? Sudahkah nilai-nilai positif dalam masyarakat kita praktek kan dalam kehidupan sehari-hari?

Kita mengenal adanya kearifan lokal atau local genius/local wisdom. Kearifan lokal adalah segala sesuatu yang baik yang ada dan hidup di dalam pergaulan masyarakat lokal. Kearifan lokal tidak hanya dalam tataran ide tetapi juga muncul dalam nilai, norma, keyakinan, adat, dan kepercayaan masyarakat. Akibat buruk globalisasi yang paling dirasakan adalah masuknya budaya asing yang kebablasan. Budaya asing tidak sepenuhnya salah dan kita tidak bisa bersikap menolak semua budaya asing yang baru atau xenophobia. Sebagai bangsa kita memiliki filter yakni nilai-nilai yang hidup di dalam kearifan lokal. Setiap kebudayaan yang ada di indonesia pasti mempunyai mekanisme internal untuk meredam pengaruh budaya asing yang kebablasan. Kita dapat melihat makin maraknya sex bebas, penyalahgunaan narkotika, kenakalan remaja, sikap individualisme, dan lain sebagainya. Ini semua adalah pertanda bahwa bangsa ini telah kalah! Ya kalah terhadap gempuran globalisasi. Bukankah bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang ramah? Dan sekarang kemana keramahan itu? Kita dapat menyaksikan betapa buas dan beringasnya anak bangsa ini. Bangsa kita terkenal suka membantu dan bergotong royong bukan? Lalu apakah sekarang budaya gotong royong masih ada? Ya masih ada namum perlahan terkikis oleh sikap individualistis masyarakat. Ini artinya kita telah takluk terhadap budaya asing dan kehilangan jati diri kita sebagai bangsa. Haryati Soebadio mengatakan bahwa kearifan lokal sebagai cultural identity, identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri. Dari penjelasan beliau mestinya dapat menjadikan sebuat bahan renungan bagi kita semua. Mau dikemanakan arah bangsa ini? Apakah akan hanyut dalam gempuran globalisasi atau bangsa kita akan bertahan dan mampu beradaptasi dengan serbuan kebudayaan asing yang masuk melalui globalisasi. Bagaimana kita mengetahui kearifan lokal terbaik untuk menangkal akibat buruk globalisasi? Kita dapat merujuk dasar negara kita Pancasila. Pancasila merupakan landasan filosofis (filosofical grundslaag) negara kita. Perumusan pancasila berasal dari nilai-nilai luhur kearifan lokal di indonesia. Sikap berketuhanan, kemanusiaan, persatuan, keadilan, dan musyawarah yang ditampilkan bangsa ini melalui pancasila.

Lalu bagaimana kita dapat menemukan kearifan lokal dalam kehidupan kita? Jawabannya adalah dengan melihat nilai norma yang berlaku serta kebiasaan baik yang dilakukan orang disekitar kita. Terkadang kita terlalu abstrak untuk mencari solusi yang ternyata jutru ada di depan mata kita. Norma kesopanan dan kesusilaan yang berlaku harus ditegakkan untuk menjaga bangsa kita dari kehancuran. Sudah waktunya kita kuatkan kembali karakter bangsa kita melalui pelaksanaan nilai kearifan lokal. Kearifan lokal jangan hanya dijadikan slogan saja. Tetapi harus bisa dijiwai dan dimaknai dalam setiap perbuatan kita. Bangsa yang tangguh adalah bangsa yang mampu bertahan di era global. Kearifan lokal dapat menjadi obat penawar rusaknya moral sebagian anak bangsa.

Globalisasi Kebudayaan

Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan. Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama.

Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antarbangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan, seperti:

Ø  Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.

Ø  Penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.

Ø  Berkembangnya turisme dan pariwisata.

Ø  Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.

Ø  Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain.

Ø  Bertambah banyaknya event-event berskala global

  Pengaruh globalisasi terhadap kearifan lokal

Suatu kenyataan yang sudah dinikmati manusia di era globalisasi adalah kemakmuran, kemudahan dan kenyamanan. Namun demikian era yang serba mudah dan nyaman menimbulkan pengaruh positif dan juga hal negatif yang akan mengancam dan sulit untuk dihindari. Globalisasi menyebabkan terpengaruhnya segala aspek kehidupan, misalnya sistem ekonomi, budaya dan lingkungan hidup manusia.

Globalisasi juga berdampak terhadap sosial budaya masyarakat (kearifan lokal). Globalisasi telah mendorong terjadinya pergeseran atau perubahan terhadap sistem atau aturan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Perkembangan tekhnologi memiliki andil yang sangat besar dalam menggiring para remaja kearah dekandensi moral. Rusaknya mental dan akhlak remaja diakibatkan oleh gaya hidup yang kapitalis,materialistik dan individualistik.

Hal tersebut menyebabkan kearifan-kearifan yang berlaku dalam masyarakat mulai terkikis.  Masyarakat memiliki adat yang dikenal sebagai adat kedaerahan (kerifan lokal) yang merupakan symbol kebangsaan, namun saat ini, hampir tidak lagi makna yang berarti di era globalisasi, sehingga, kita sulit memberikan batasan-batasan yang jelas antara budaya lokal dan budaya barat.

Dampak Globalisasi terhadap kearifan lokal :

1. Pergeseran dan pergantian manusia; kehidupan gotong royong masyarakat perlahan mulai hilang tatkala globalisasi bersama perangkat teknologi membangun tembok interaksi masyarakat

2. Kebebasan terkekang; tanpa kendali nilai dan etika atas teknologi, individu dalam masyarakat dapat mengalami “pemasungan” kebebasan.

3. Krisis identitas; nilai sebuah sistem kebudayaan yang abstrack berupa aturan berpakaian dan bergaul secara sosial, tidak lagi jadi acuan.

4. Dan mentalitas instan (teknologi); kemudahan manusia dalam memperoleh pengetahuan atau memiliki sesuatu, rentan dengan aksi–aksi instan. Seperti plagiaris, dalam ilmu pengetahuan.

Contoh nyata dampak globalisasi adalah terkikisnya kesenian tayuban. Tayuban merupakan kesenian yang tradisional ,seni ini sangat dominan dengan tarian tarian penari yang sangat teratur dan para penabuh gendang yang mengiringi iramanya dengan serempak sehingga terciptanya kesenian yang sangat indah untuk disaksikan.Seni Tayuban mempunyai arti tersendiri yaitu Tayub,tayub menurut bahasa artinya “ditoto guyub” dan dalam seni ini sangat kental dalam pelaksanaanya,arti kental disini adalah dalam proses kesenian tayuban tidak pernah berubah sejak dulu hingga sekarang,jadi tidak ada perbedaan dalam proses pelaksanaannya tidak ada yang berbeda dari dulu.

Tayub dulunya bersifat sakral, dan “profan” atau yang religious, namun dari waktu kewaktu fungsi tayub ini semakin berubah fungsi karena pergesaran budaya dan perkembangan jaman. tari tayub dulu begitu terkenal dan menjadi tontonan rakyat. Pagelaran tari tayub biasanya dilaksanakan dalam pembukaan musim “giling tebu” dipabrik gula-pabrik gula  yang ada dipulau jawa atau biasa didaerah saya dikenal dengan istilah dalam bahasa jawanya “Bodho Pabrik” atau kalo diterjemahkan dalam bahasa indonesia adalah hari raya-nya atau perayaan untuk pabrik akan mulai giling tebu untuk memproduksi gula. Disitu para petinggi pabrik gula berpesta dengan meriah dan tayub dijadi tontonan untuk masyarakat.

Akan tetapi pada masa jaman penjajahan dulu ikut membawa pengaruh buruk dan penggambaran yang buruk dari pagelaran tari tayub ini. Budaya  Bangsa penjajah membawa budaya minum minuman keras dan juga menjadikan selir atau istri simpanan para penari tayub ini, sehingga membuat kesenian tari tayub ini menjadi semakin berkonotasi negatif atau penggambaran atau citra negatif dan pada akhirnya membuat kesenian tari tayub ini menjadi terpinggirkan dan semakin hari seiring dengan perkembangan jaman sudah tidak lagi diminati oleh masyarakat.

Namun, pada dasarnya dalam kesenian tayuban ini,sifat kekeluargaan dan persaudaraan sangat dijunjung tinggi, jadi salah satu manfaat dari kesenian ini adalah mempererat tali persaudaraan dan kekeluargaan. Biasanya kesenian Tayub akan dilaksanakan pada saat menerima tamu-tamu besar dan terhormat serta para wanita yang menjadi penari akan menyerahkan sampur atau selendang yang dikenakan atas petunjuk pengarih,para tamu akan menari bersama dengan para penari,Tamu ini disebut juga “ketiban sempur” yang berarti orang yang akan diserahi sampur oleh para penari wanita.

Namun,seiring perkembangan zaman dan arus globalisasi yang sangat deras ,kesenian ini mulai perlahan terkikis dari hati masyarakat,hanya orang tertentu saja yang masih meminati kesenian ini,karena seni Tayub sendiri sudah tergeser dengan budaya budaya asing dari luar negeri, seperti hip-hop, dance, dan kesenian lainnya.

Daftar pustaka

https://fatahilla.blogspot.com/2015/09/peranan-kearifan-lokal-di-era.html?m=1

lilawatyy95.blogspot.com/2013/01/penjelasan-tentang-kearifan-lokal.html?m=1

www.zonasiswa.com/2014/05/pengertian-globalisasi-lengkap.html,m=1

tugaskusmansa.blogspot.com/2015/11/pengaruh-globalisasi-terhadap-kearifan.html?m=1

Tinggalkan komentar